Total Tayangan Halaman

Senin, 09 Mei 2011

Terapi Dengan Gerakan Shalat

Seorang fisioterapis menggunakan gerakan shalat untuk menyembuhkan sejumlah penyakit yang diidap pasiennya.


Gerakan-gerakan shalat menyehatkan tubuh. Banyak orang sudah membuktikannya. Kanker kulit yang diidap Prof. Dr. Moh. Sholeh lenyap lantaran ia rajin shalat tahajud, padahal dokter angkat tangan atas penyakitnya. Disertasinya yang dibukukan dengan tajuk Terapi Shalat Tahajud—menjadi buku best seller­­—menerangkan aspek medis dan anatomis bagaimana gerakan shalat yang khusyu’ dapat menjadi antibodi bagi berbagai jenis penyakit. Sebegitu hebatkah gerakan shalat bagi penyembuhan?

Di Yogyakarta, seorang fisioterapis, M. Zaini namanya, menggunakan gerakan-gerakan shalat untuk membantu penyembuhan penyakit pasien-pasiennya. Zaini fisioterapis di Rumah Sakit Dr. Sardjito dan sudah 20 tahun bekerja di sana. Karena di rumah sakit negeri ini prosedur tetap (protap) penanganan pasien sudah ada dan baku, maka ia baru leluasa menambahkan protap penanganan pasien dengan gerakan-gerakan shalat di rumah sakit swasta. “Orang yang sakit saya berikan (terapi) gerakan shalat, mereka ternyata lebih baik, lebih cepat sembuhnya bahkan langsung sembuh,” ujar Zaini yang juga alumni Pelatihan Shalat Khusyu’ angkatan I di Yogyakarta.

Sebelum shalat, biasanya imam mengajak makmum meluruskan dan merapatkan barisan. Dalam praktiknya, lurus dipersepsikan dengan barisan tidak mencong dan rapat dengan menempelkan jari kelingking kaki orang didekatnya. Padahal, menurut Zaini, mestinya yang lurus adalah posisi telapak kaki dan antarmata kaki orang yang berdekatan saling menempel. Dengan memutar telapak kaki ke dalam, selangkangan terasa sakit—karena belum terbiasa.

Rasa sakit muncul lantaran terjadi penumpuan di selangkangan. Menurut penelitian, ujar Zaini, tulang yang sering dijadikan tumpuan semakin kuat. Tulang-tulang penggendong jamu lebih kuat ketimbang tulang mahasiswa yang kegiatannya belajar saja. Kepadatan tulangnya bagus. Penumpuan berat badan yang rata mengakibatkan tulang panggul kuat sehingga tulang penyangganya tidak mudah keropos. Zaini tiap hari mendapati pasiennya patah tulang panggul karena tulangnya keropos.          

Usai meluruskan dan merapatkan barisan saatnya takbiratul ihram. Jamaah mengangkat bahu sembari mengucap takbir. Dalam posisi dada membuka, banyak penyakit yang ada di bahu seperti nyeri bahu hilang. Banyak sekali pasien tidak bisa mengangkat bahu sehingga bahunya tidak lurus. Digerakkan saja sakit. Penderita penyakit ini biasanya orang lanjut usia.

Kemudian rukuk. Saat rukuk, otot-otot betis tertarik dan kaki mencengkeram. Berat badan tertarik ke depan dan terjadi traksi, tarikan. Tarikan alami ini juga terjadi di panggul. Posisi dengan otot betis tertarik dan kedua tangan terulur ke depan (menumpu pada lutut) dan dilemaskan akan menimbulkan suasana tenang dan enak. Nyeri pinggang dapat hilang dengan rukuk. 

Otot-otot dasar panggul juga berfungsi sebagai penyangga fungsi reproduksi. Banyak orang terutama ibu-ibu, menurut pengalaman seorang dokter kandungan, kata Zaini, yang kencing hanya karena batuk saja. Sebab otot dasar panggulnya lemah. Dengan rukuk, otot dasar panggul menjadi kuat sehingga bisa menahan kencing. Efek lainnya, ‘daya cengkeram’ saat berhubungan dengan pasangan makin kuat. Pasangan menjadi puas dan hidup lebih bahagia.

Telapak kaki yang mencengkeram lantai saat rukuk juga berdampak baik. Titik-titik akupuntur terstimulasi sehingga bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Lalu sujud. Posisi kepala lebih rendah dari jantung. Otot jantung memompa darah ke otak lebih kuat sehingga sirkulasi oksigen di otak lebih baik. Kalau sirkulasi darah di otak lancar dan baik, orang akan terhindar dari serangan stroke dan kepikunan.

Dampak positif lainnya pada pembuluh darah yang ada di mata. Pembuluh-pembuluh darah yang ada di mata berukuran kecil. Dengan sujud yang lama, sirkulasi yang ada di otak, mata, pipi, dan pembuluh-pembuluh darah yang kecil semakin lancar. Kondisi ini terjadi bila otot-otot punggung rileks.

Dalam sujud otot-otot panggul pun ikut tertarik ke depan. Tentunya ini makin menguatkan kegel atau otot-otot dasar panggul.

Zaini mendapati banyak kaki pasien mengecil (atropi). Itu disebabkan sirkulasi darah menuju kaki tidak lancar. Pun ke otot-otot dan tangannya tidak lancar sehingga tangannya turut mengecil. Ini terjadi lantaran pasien terlalu lama tidak menggerakkan badan, dengan melakukan ritual shalat misalnya. Orang yang patah kaki atau patah tulang biasanya terserang atropi karena jarang bergerak.

Kini duduk iftirasy atau duduk di antara dua sujud. Saat kaki diduduki, lutut mengalami penekanan. Sirkulasi darah pada pembuluh darah besar menuju kaki—dorongan dari otot jantung yang memompa darah ke kaki—terhambat karena lutut tertekan. Pembuluh darah besar untuk sementara terkunci. Kondisi ini membuat pembuluh darah colateral (pembuluh darah kecil) berkembang dan aktif. Darah mengalir dari jantung ke kaki melalui colateral. Akibatnya sirkulasi darah menuju jantung juga makin cepat. Sirkulasi darah di jantung menjadi bagus dan sirkulasi pembuluh darah yang ada di kaki semakin lancar.

Terakhir gerakan salam. Gerakan ini mampu menghilangkan nyeri leher dan nyeri bahu. Pasien yang gerakannya tengeng, walaupun disuntiki, kalau gerakannya tidak normal maka tidak akan sembuh. Gerakan yang normal dagu menyentuh bahu. Lakukan gerakan dengan pelan, disadari, hingga mengenai bahu. Implikasinya sakit di kepala hilang dan otot leher dan otot bahu menjadi rileks. Nyeri di otot dan bahu hilang.


ZAINI sering menangani pasien nyeri pinggang, nyeri bahu, dan nyeri leher. Pasiennya banyak orang Jakarta yang lututnya biasa disuntik—pengidap nyeri lutut. Mereka datang pagi dan pulang ke Jakarta sorenya. “Ini, kan, kasihan sebetulnya. Kenapa harus ke Jogja kalau di Jakarta bisa shalat sendiri,” ujar Zaini. “Sebetulnya penyakit otot dan tulang dapat disembuhkan dengan gerakan shalat.” Namun pada kasus-kasus tertentu, operasi masih harus tetap dilakukan.

Kendati gerakan shalat dapat menyembuhkan penyakit, ada baiknya ia tidak dijadikan sarana hanya untuk menyembuhkan penyakit. Shalat tetaplah ibadah wajib yang gerakannya sedemikian rupa sehingga menimbulkan kekhusyu’an yang berpengaruh pada kesehatan tubuh. Kesembuhan penyakit adalah dampak ikutan dari shalat. Sebab inti dari shalat adalah kedekatan pada Allah SWT. Dan orang-orang yang dekat pada-Nya akan dikabulkan segala permintaannya.




Tulisan ini disarikan dari hasil wawancara Billy dengan M. Zaini, fisioterapis di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, pada Januari 2008. 

Tidak ada komentar: