Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Maret 2011

Menerbitkan Buku Indie untuk Mengurai Sebagian Sejarah Hidup

Ketika saya menulis pengalaman ihwal hari-hari mengajar di sebuah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam bentuk blog, yang saya tulis usai mengajar seminggu tiga kali dalam rentang akhir Januari 2008 hingga akhir 2009, saya tak berpikir untuk membukukannya. Naskah-naskah itu saya biarkan mengendap di blog saya dan akun Facebook. Saya juga membuat blog khusus PAUD yang berisi foto-foto kegiatan seputar pengajaran dan kegiatan PAUD.

Namun ketika PAUD Nusa Indah, tempat saya mengajar, menginjak usia 3 tahun, saya berpikir untuk membuat buku tentangnya. Apalagi pengalaman mengajar yang saya tulis memuat pula sejarah berdiri dan beragam kegiatan PAUD, maka saya membulatkan diri untuk membukukannya.

Saat berpikir untuk mengirimkan naskah ke penerbit, saya merasa tak yakin penerbit tertarik membukukannya. Sebab kebanyakan tulisan bersisi pengalaman saya yang belum terkenal apa-apa. Jika diterbitkan, entah berapa lama bisa beredar ke pasaran. Sementara persiapan ulang tahun PAUD tak lama lagi—Ulang Tahun PAUD Nusa Indah tiap 8 Februari.

Maka saya meneguhkan diri untuk membukukannya secara mandiri. Saya persiapkan segalanya. Saya beli mesin cetak printer. Menyusun kumpulan naskah, mengeditnya, menampilkannya bersama foto-foto, memfotokopi, kemudian menyusun ulang hingga jadi buku.

Kendati untuk konsumsi terbatas, saya tidak mau tampilan buku sembarangan. Dengan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan mendesain buku, dan memang ini pengalaman pertama mendesain buku, saya membuat tata letak sebaik mungkin. Naskah tulisan juga telah melalui proses editing yang ketat, baik tata bahasa maupun penyampaian. Hingga, pada bagian akhir, yaitu proses pencetakan, saya tak bisa memaksakan diri; fotokopi yang tidak bagus serta penjilidan softcover yang tidak sempurna. Namun itu tak banyak berarti. Buku difotokopi sebanyak empat eksemplar.

Buku memuat 23 tulisan yang disusun berdasarkan waktu penulisan. Merentang waktu dari Februari 2008 hingga Oktober 2009. Judul buku “Pelangi di Ujung Gerimis”, diambil dari salah satu ungkapan di artikel bertajuk “Pak Guru Itu Aku” (hal. 67).

Pada perjalanannya, dari awalnya saya meniatkan buku untuk PAUD dan pengurus RW, tetapi buku ini teryata dimiliki oleh orang-orang “istimewa”. Pertama, pengurus PAUD. Kedua, salah satu peserta pelatihan menulis. Ketiga, anggota DPRD DKI Jakarta yang mengadakan kunjungan ke PAUD Nusa Indah. Buku ini awalnya milik pengurus RW, tetapi mereka memberikan lagi ke saya untuk diberikan ke anggota DPRD. Keempat, perempuan yang saya pinang sebagai bahan pertimbangan.

Salah satu tujuan saya membukukan tulisan adalah membuat “bangunan sejarah hidup” dengan ribuan deret kalimat. Kapanpun saya bisa mempelajarinya kembali. Orang-orang yang membacanya dapat meraba sifat dan karakter saya, pengharapan dan kegelisahan hidup saya.

Sebagaimana tertuang dalam selembar halaman di buku itu, saya mempersembahkan buku itu “Untuk siswa-siswiku calon pemimpin bangsa yang sedang belajar menjadi manusia, serta guru dan tutor PAUD Nusa Indah yang mengabdikan diri secara ikhlas mendidik calon tokoh besar.”

Dari penerbitan mandiri ini saya berniat menerbitkan buku yang lain. Buku berisi kumpulan tulisan yang merangkum sebagian sejarah hidup saya. Ini akan menjadi sarana saya untuk berbagi, dalam suka maupun duka. Dengan membuat buku, hidup menjadi lebih hidup.


2 komentar:

morariz mengatakan...

wow, subhanalloh! boleh dong saya dikasih bukunya buat tambahan semangat mengajar di desa saya :)
buku pelangi sesudah gerimis
kalau harus mengganti ongkos cetak berapa?

Billy Antoro mengatakan...

Maaf baru balas. Saya cuma menerbitkan empat eksemplar secara manual. Satu untuk PAUD, satu untuk anggota DPRD DKI Jakarta yang prnah berkunjung, satu untuk peserta sebuah acara kepenulisan, satu lagi saya pegang. Buku Pelangi di Ujung Gerimis rencananya mau saya buat ebook, tapi perlu diseting ulang. Agar tak lepas kontak, kita bisa berteman lewat facebook. akun saya: billy antoro. Mengajar di mana, Mbak?